Foto : Workshop IKM ini akan berlangsung selama dua hari yakni tanggal 19 – 20 Oktober 2022 dan diikuti oleh semua guru PAI Sekolah Dasar yang ada di kecamatan Montong Gading.  (dok:ist)

LOTIM - Dalam rangka mendalami konsep Kurikulum Merdeka sekaligus pemantapan diri dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam ( KKG PAI ) kecamatan Montong Gading mengelar Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka ( IKM ).

Workshop IKM ini akan berlangsung selama dua hari yakni tanggal 19 – 20 Oktober 2022 dan diikuti oleh semua guru PAI Sekolah Dasar yang ada di kecamatan Montong Gading. 

Hadir dalam acara pembukaan workshop ini, yaitu Kabid Pembinaan SD Dinas Dikbud Lombok Timur, Pengawas PAI Lombok Timur, Kanit UPT Dikbud kecamatan Montong Gading, Pengawas Pembina SD kecamatan Montong Gading, dan ketua KKKS.

Ketua KKG PAI kecamatan Montong Gading, H. Sunan Wadi, S.Pd.I. menjelaskan, digelarnya workshop ini sebagai upaya teknis persiapan dan pemantapan para guru Agama Islam dalam menghadapi Kurikulum Merdeka.

“Workshop ini digelar dalam rangka meningkatkan kompetensi guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka” tutur H. Sunan Wadi.

Workshop ini lanjutnya, diikuti oleh 29 orang guru PAI, jumlah ini sesuai dengan banyaknya SD Negeri di kecamatan Montong Gading yaitu 28 sekolah dan Sekolah Dasar Islam berjumlah satu sekolah.

Dengan diadakannya workshop ini, H. Sunan Wadi berharap guru PAI bisa memahami dan memaknai dari implementasi Kurikulum Merdeka, dan mampu mengimplementasikan dan mempraktikkan apa yang mereka dapatkan saat mengikuti workshop ini.

Ia berpesan kepada semua peserta agar bersungguh – sungguh dan semangat dalam mengikuti workshop IKM ini.

Sementara itu Kabid Pembinaan SD Dinas Dikbud Lombok Timur, Hairurrazak Hanafie, dalam sambutannya menyampaikan Kurikulum Merdeka merupakan pengembangan dari Kurikulum 13 ( K-13) dan kurikulum Prototipe. Titik tekan untuk kompetensi siswa dari pembelajaran Kurikulum Merdeka lebih ditekankan kepada dua aspek yakni literasi dan numerasi, sedangkan untuk aspek karakter lebih ditekankan kepada karakter profil pelajar pancasila ( Berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif )

“Untuk pembelajarannya memang lebih mengarah kepada pembelajaran berbasis proyek, yang nantinya itu lebih mengarah kepada untuk mengembangkan dan membentuk 6 karakter itu” ucapnya.

Ia memaparkan, Pada pelajaran agama islam lebih banyak kepada materi aplikatif, bukan pada materi konseptual. Materi aplikatif tidak melulu harus diajarkan pada konsep dan teori teorinya saja, tetapi lebih ditonjolkan kepada praktik pelaksanaannya.

“Untuk pembelajaran dan pembentukan karakter ini tidak cukup kita dengan konsep teori dan praktik, tetapi juga membutuhkan konsep ketauladanan” imbuhnya. (*)