ist/gadalombok.co
POSE : Para juara lomba debat sosiologi se-Pulau Lombok, foto bersama dewan juri dan panitia.


MATARAM I gadalombok.co - Perhelatan Lomba Debat Sosiologi, siswa SMA sederajat se-Pulau Lombok sukses digelar. Lomba selama dua hari (18-19/11) ini, dimenangkan tim debat Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mataram.

Pada saat grand final, Tim debat MAN 2 Mataram A, yakni Muhammad Niko, Lalu Ghaisan Rizkiansyah, dan Anaya Alpatia, berhasil mengalahkan tim debat dari SMA Katolik Kesuma Mataram, yang berisikan Gabriella Febrianto, Michaela Faustine Rianto, dan Elleona Cristabelle Sugianto.

Sementara untuk gelar juara tiga, di boyong tim MAN 2 Mataram B dengan anggota tim Baiq Niki Ayuningtia, Lisanul Radika Rachim, dan Nabila Agnia. Sedangkan juara empat ditempati Adelia Ayu Dwina Putri, Diva Arya Wibowo, dan Sophia Ananda dari SMAN 1 Mataram.

Salah satu peserta yang berlaga di babak final, Lalu Ghaisan Rizkiansyah, berterima kasih kepada segenap pihak, yang telah menyokong perjuangannya bersama tim. Bahkan ia mengaku, itu merupakan kali pertama ia tembus ke babak final.

“Terima kasih buat semua pihak yang telah mendukung aku, sehingga aku bisa di titik ini. Buat sekolah, para coach, dan temen-temen satu tim aku. Jujur ini pertama kali aku masuk final,” ungkapnya hari sebelum menyampaikan argumentasi sebagai pembicara pertama dari pihak kontra.

Dalam seremonial penutupan yang bertempat di Aula Gedung A FKIP Universitas Mataram yang sekaligus menjadi venue babak grand final, Champions of National University Debating Championship (NUDC) 2021 Mochammad Iwan Suriadi selaku ketua juri memberikan apresiasi atas capaian yang telah diraih oleh semua tim, terkhusus untuk yang berhasil tembus ke 4 besar mengalahkan tim-tim yang lain.

Adapun juri penilai ke-sosiologi-an dalam kompetisi tersebut Prof. Dr. Drs. Syafruddin, M.S tercengang dengan kemampuan argumentasi para siswa SMA yang sangat luar biasa. Bahkan mereka mampu menjabarkan analisis mosi yang bertemakan sosiologi gender.

“Ini luar biasa sekali anak-anak SMA sekarang, masih di bangku sekolah tapi ketajaman analisisnya sudah bagus sekali,” terangnya.

Untuk diketahui, mosi yang diperdebatkan pada babak grand final tersebut ialah "Sebagai gerakan feminis, Dewan ini akan mendorong perempuan untuk berintegrasi ke dalam status quo (yaitu, mendorong perempuan untuk mengadopsi sifat maskulin di tempat kerja), alih-alih berjuang untuk mereformasinya menjadi sifat yang lebih mendorong sifat feminin mereka".

Guru Besar FKIP dalam bidang ilmu sosiologi itu, juga berpesan kepada bapak dan ibu guru pendamping yang hadir menyaksikan babak final agar memberikan jam terbang yang banyak bagi siswa-siswi potensial yang ada di sekolahnya.

“Kalau cuma modal nilai akademik anak-anak kita akan sulit untuk berkembang, karena bahkan sekarang di dunia kerja bukan itu yang pertama dilihat, tapi pengalaman. Sehingga saya berharap sedari dini mungkin dari bangku SMA sudah menabung prestasi-prestasi,” ujar dosen Pendidikan Sosiologi tersebut.

Lomba debat sosiologi sebagai agenda rutin tahunan Prodi Pendidikan Sosiologi akan kembali hadir pada tahun 2024 mendatang yang direncanakan akan memperluas jangkauan peserta, dari se-Pulau Lombok menjadi se-NTB atau bahkan mencakup Bali-Nusra. (*)